Oleh Kholis Bakri

MKI Media-Berkunjung ke rumah orang tua, kerabat dan tetangga biasa kita lakukan seusai idul fitri. Tradisi yang sesuai dengan anjuran syariat ini, sudah lama mengakar di negeri ini. Suasana lebaran yang penuh ungkapan kasih sayang dan saling berbagi hadiah diwariskan para leluhur kita ini, patut kita syukuri.

Namun, ada amalan yang harus kita lengkapi untuk menjalankan silaturahim, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasululloh shallallahu alaihi wa sallam. Yaitu menjalin kembali hubungan silaturahim yang terputus, karena berbagai sebab. Misalnya, karena jarak yang jauh, atau ada luka yang membuat hubungan menjadi sedikit retak.

Mungkin, kita pernah tersakiti oleh salah seorang kerabat kita, atau tetangga kita. Maka, inilah saat yang tepat untuk saling memaafkan. Meskipun, perbuatan baik ini seharusnya disegerakan dan tidak perlu menunggu lebaran tiba.

Orang yang menjalin silaturahim sejatinya, yang menjalin kembali hubungan kekeluargaan yang sempat terputus. Tidak ada balasan terbaik baginya, kecuali surga. Lepaskan hati yang terluka, semata-mata karena Alloh dan Rasul-Nya.

Suatu ketika datang seorang lelaki kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُونِي وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إِلَيَّ وَأَحْلُمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ فَقَالَ لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمْ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللَّهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ

“Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung hubungan dengan mereka, akan tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik kepada mereka, akan tetapi mereka berbuat buruk terhadapku. Aku berlemah lembut kepada mereka, akan tetapi mereka kasar terhadapku,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila engkau benar demikian, maka seakan engkau menyuapi mereka pasir panas, dan Allah akan senantiasa tetap menjadi penolongmu selama engkau berbuat demikan.” [Muttafaq ‘alaihi].

Oleh karena itu, sambunglah hubungan silaturahmi dengan kerabat-kerabat kita, meskipun mereka memutuskannya. Sebaliknya, janganlah menjadi orang yang memutuskan silaturahim, karena sungguh besar dosanya.

Alloh Subhaanahu wa Ta’ala mengancam orang-orang yang memutuskan silaturahim dengan kutukan dan azab neraka Jahanam, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya.

وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۙ أُولَٰئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ

“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)”. [ QS ar-Ra’d :25].

Jadilah orang yang selalu mengikat ikatan kekeluargaan dan kekerabatan. Idul fitri menjadi momentum bagi kita untuk membuktikan kita telah meraih tujuan ramadhan, yaitu menjadi orang yang bertaqwa dengan silaturahim. Wallahu ‘alam