Oleh Kholis Bakri
MKI Media– Belajarlah keberkahan hidup yang sudah diwariskan peradaban Islam. Berbagai pembangunan sarana publik dan sosial banyak didanai melalui wakaf, termasuk pendidikan. Rakyat bisa mengakses pendidikan secara gratis. Karena, pendidikan menjadi tanggungjawab negara dan masyarakat untuk mendanainya dalam bentuk wakaf.
Wakaf merupakan salah satu ajaran Islam yang agung sebagai solusi pendanaan dalam berbagai persoalan sosial, termasuk pendidikan. Peradaban ideal ini sebenarnya dikembangkan oleh banyak yayasan pendidikan Islam dan pesantren.. Tanahnya wakaf, semua sarana dan prasarana pendidikan dibangun dari wakaf, bahkan operasional pendidikan didanai dari wakaf produktif. Iinilah spirit yang harus dimiliki oleh lembaga pendidikan, yaitu melanjutkan visi dan misi untuk membangun peradaban Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah dan para sahabatnya.
Dalam pendidikan, saatnya, kita harus berpikir apa yang akan didapatkan oleh generasi masa depan. Kita patut gelisah jika anak-anak kita di masa depan tidak lagi bisa menikmati indahnya peradaban Islam.
Meskipun tidak persis sama seperti yang berlaku saat ini, wakaf untuk kepentingan pendidikan sudah terjadi pada masa kenabian. Selanjutnya wakaf dengan peruntukan sektor pendidikan semakin populer pada periode berikutnya. Ketika nabi shallallahu alaihi wa sallam mulai menyampaikan wahyu Allah kepada para sahabatnya, dimulailah sebuah proses pendidikan. Sebagai tempat pendidikan awal berada di rumah al-Arqam ibn al-Arqam. Inilah tempat pertama nabi melakukan transformasi keimanan dan ilmu kepada para sahabat pada periode awal di Makkah.
Ketika nabi hijrah ke Yasrib, nabi lebih dulu singgah di Quba dan mendirikan masjid. Inilah wakaf pertama dalam sejarah Islam. Begitu pula ketika tiba di kota Yasrib, atau Madinah, nabi juga mendirikan masjid. Masjid tidak hanya tempat shalat, tapi tempat pendidikan dan pengkaderan. Di masjid nabawi ada sebuah tempat yang dipakai sebagai tempat belajar yaitu Suffah. Tempat luas yang berada di sisi timur laut Masjid Nabawi. Tempat singgahnya para muhajirin sebelum mendapat tempat tinggal. Kesibukan mereka adalah belajar al-Qur’an dan sunnah dari Rasulullah serta ilmu lainnya antara lain menulis.
Sayangnya, fungsi masjid saat ini kurang maksimal sebagai sarana pendidikan. Masjid hanya dijadikan tempat ibadah shalat lima kali dalam sehari. Kebermanfaatannya hanya sedikit. Banyak ruang masjid yang kosong dan tidak dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan.
Pada tahun kedua hijriyah mulai muncul ide program sekolah di luar masjid walaupun tempatnya masih lekat dengan masjid. Tempat ini kemudian disebut dengan kuttab. Tempat ini adalah bagian dari sektor wakaf yang cukup dinamis berkembang sebagai sasaran wakaf. Kuttab fokus mengajarkan ilmu-ilmu dasar, misalnya membaca dan menghafal al-Qur’an, menulis Arab dan berhitung. Sedangkan masjid untuk pengajaran jenjang lebih tinggi dibawah bimbingan para ulama yang mengajar fikih, tafsir, hadis, nahwu, balaghah dan lain sebagainya.
Keberadaan kuttab terus berkembang pada periode selanjutnya. Hampir setiap kota dalam negara Islam saat itu berdiri kuttab-kuttab yang merupakan wakaf dari kaum muslimin. Perkembangan wakaf pada periode ini meningkat tajam, mencakup berbagai sektor kehidupan, utamanya adalah rumah sakit dengan fasilitas lengkap, bahkan bagi orang yang sakit ada jaminan konsumsi, pakaian baru dan biaya pulang ke tempat tinggal.
Termasuk yang paling monumental adalah wakaf pendidikan baik berbentuk masjid dengan sekolahnya, perpustakaan maupun buku-buku. Tidak sekedar wakaf tempat, bahkan para donatur juga menyiapkan keperluan untuk konsumsi, akomodasi serta insentif kepada para guru dan murid-muridnya.
Selain kuttab marak pula wakaf untuk madrasah –setara SMP dan SMA- yang dilakukan oleh kalangan hartawan. Fakhr al-Dawlah ibn al Muththalib misalnya membangun madrasah wakaf di Baghdad yang populer dengan nama Dar al-Dzahab. Untuk mendukung operasional sekolah ini, para hartawan ini juga menyediakan area wakaf produktif di berbgai bidang seperti perdagangan, pertanian, perkebunan, peternakan dan lain-lain
Di masa Khilafah Abbasiyyah, banyak sekolah yang dibangun dari dana wakaf. Sekolah-sekolah wakaf pun tersebar di wilayah, baik di perkotaan maupun daerah terpencil. Sebagian dari sekolah ini serupa dengan fakultas dan perguruan tinggi internasional yang diminati oleh para pelajar muslim dan non muslim dari segala penjuru dunia.
Pada masa kegemilangan peradaban Islam, kaum muslimin begitu gigih menempuh perjalanan dengan biaya besar untuk menimba ilmu dan berguru kepada para ulama. Pemerintah pada saat itu sangat antusias dalam mengembangkan wakaf bagi para pencari ilmu. Para pemimpin di masa itu menyediakan pendidikan secara gratis dengan sarana perpustaakaan yang lengkap, bahkan para penuntut ilmu disediakan makan dan kamar penginapan.
Banyak wakaf pendidikan masih abadi hingga saat ini. Di kota Fez, Maroko, misalnya ada universitas tertua di dunia yaitu Universitas Al Qarawiyyin yang didirikan sejak tahun 859 Masehi. Inisiatif muncul dari Fatimah Al Fihri, yang mewakafkan tanahnya untuk dibangun Masjid Al Qarawiyyin yang terus berkembang hingga menjadi sebuah universitas. Pemerintahan yang terus berganti tidak membuat praktik wakaf berhenti. Di Fez terdapat 782 masjid serta sekian banyak kamar mandi, rumah-rumah penginapan, pertokoan, dan masih banyak lagi yang mayoritas diwakafkan untuk masjid-masjid di Fez.
Setidaknya kita berpikir dalam lingkup kecil yaitu dengan mempersiapkan wakaf produktif untuk pendidikan., sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para sahabat nabi dan terus dilanjutkan oleh generasi terbaik bahkan hingga saat ini. Wakaf produktif merupakan salah satu implementasi dari ekonomi Islam. Yaitu ekonomi yang semua aktivitasnya didasarkan pada tujuan akhirat. Bukan untuk menumpuk kekayaan di dunia, tapi menjadi khalifah untuk memakmurkan dunia sebagai bekal untuk hidup abadi di akhirat. Wallahu ‘alam