Oleh : Nadia Dhubyan
(teruntuk kakakku Amrival W.H. Dhubyan yang berpulang ke Baitullah dan tak kembali)

‎بِسْمِ اللهِ، والْحَمْدُ للهِ، الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ

Malam itu tertulis namamu
Jemari yang kian mewangi syurga
Tiada rasa kantuk dan lelah
Mengukir namamu
Pada kertasnya
Pada do’anya

Itulah jemari Ummi
Cintanya di dunia sungguh tak tertandingi
Doanya menghantarmu ke Baitullah
Meski tidak dengan raganya

Sungguh engkau kami cintai
Ingin memelukmu
Tapi tak bisa
Tak akan bisa

Bersama surat cinta beraroma hajar aswad
Rabb melepaskanmu dari penjara dunia
Begitulah engkau pergi ke Baitullah
Dan tak kan pernah kembali

Hikmah yang bisa dipetik dari berpulangnya saudara/kerabat ke tanah suci untuk selamanya:

1. Mengingatkan yang ditinggalkan bahwa hidup hanyalah sementara. Dijelaskan dalam surat ghafir ayat 39

‎يٰقَوْمِ اِنَّمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ ۖوَّاِنَّ الْاٰخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

Artinya :
Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.

2. Mengajarkan kita untuk berlomba beribadah mengejar akhirat termasuk menunaikan rukun islam.

‎عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: «بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ» رَوَاهُ البُخَارِي وَمُسْلِمٌ

Artinya: “Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhuma, ia berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Islam dibagun di atas lima hal: syahadat lâ ilâha illâllâh dan Muhammadur Rasûlûllâh, menegakkan sholat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah, dan puasa Ramadhan.” (HR Al-Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)

3. Setiap yang berjiwa pasti akan mati, kembali kepada Sang Pemilik.

Dalam surat Al-ankabut ayat 57 disebutkan:

‎
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.

4. Sebagai contoh untuk yang hidup mengenai kebaikan yang meninggal di tanah suci.

Sebagaimana dikemukakan oleh Nabi Muhammad SAW yang ditulis oleh Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H) dalam karya monumentalnya, Ihya Ulumiddin sebagai berikut:
“Barang siapa yang berangkat haji dan umrah, lalu meninggal (dalam perjalanan), Allah akan membalasnya berupa pahala haji dan umrah sampai hari kiamat. Dan siapa yang mati di salah satu tanah harom, maka dia tidak akan dimintai pertanggungjawaban, maka akan dikatakan kepadanya, ‘Masuklah ke surga’.” (HR. al-Baihaqi).

Keutamaan pahala haji yang berlangsung hingga Hari Kiamat bagi orang yang meninggal saat berhaji merupakan salah satu anugerah besar dalam ajaran Islam.

Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA menyampaikan pesan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
Dalam sabda beliau , “Barang siapa keluar dalam keadaan berhaji, kemudian meninggal dunia, maka ditetapkan baginya pahala haji sampai hari Kiamat.” (HR Thabrani).

Serta masih banyak hikmah yang bisa kita petik di balik kedukaan tersebut. Maka seyogyanya kita berlomba dalam mengejar akhirat. Semoga di Surga kita semua akan kembali dipersatukan karena kasih sayang Allah.

Disengat lebah jadi bernanah
Semangat jihad menuju Jannah

Wallahu’alam bish-shawab