Oleh Kholis Bakri
Media MKI – Selepas Ramadhan, gairah silaturahim makin meningkat. Mudik sejatinya untuk memperkokoh ikatan batin kasih sayang kita kepada orang tua dan kerabat. Sebagaimana istilah silaturahim dikaitkan dengan kata rahim yang dimiliki seorang ibu. Rahim bermakna saling menyayangi sesuai dengan sifat seorang ibu, yang selalu menyayangi anaknya ketika berada dalam kandungan atau rahimnya.
Sambunglah silaturahim kepada keluarga yang memiliki ikatan nasab, seperti orang tua dan saudara laki-laki dan perempuan. Begitu pula, dengan bibi, paman, keponakan, dan sepupu yang memiliki ikatan nasab. Ikat pula silaturahim dengan kerabat dari suami atau istri kita.
Banyak cara untuk menyambung tali silaturahim. misalnya dengan cara saling berkunjung dan saling memberi hadiah. Begitu besar pahala yang Alloh Subhaanahu wa Ta’ala siapkan untuk orang-orang yang membangun silaturahim. Tak ada balasan baginya, kecuali Alloh masukannya ke dalam surga.
Diriwayatkan dari Abu Ayyub al-anshari radhiyallahu anhu:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ : يا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِمَا يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ فَقَالَ النَّبِيُّ : لَقَدْ وُفِّقَ أَوْ قَالَ لَقَدْ هُدِيَ كَيْفَ قُلْتَ ؟ فَأَعَادَ الرَّجُلُ فَقَالَ النَّبِيُّ : تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ ذَا رَحِمِكَ فَلَمَّا أَدْبَرَ قَالَ النَّبِيُّ : إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أَمَرْتُ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka,” maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “sungguh dia telah diberi taufik,” atau “sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?” lalu orang itupun mengulangi perkataannya. setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun, menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturahmi”. setelah orang itu pergi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga”. (HR Bukhori Muslim)
Dalam Al-Quran, kita diperintahkan untuk memberikan hak kepada kaum kerabat:
وَآتِ ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
“dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. (QS al-isra : 26).
Hak yang dimaksud dalam ayat ini, adalah menyambung silaturahim antara lain dengan memberi hadiah. Karena, kaum kerabat terdekat kita, yang paling berhak lebih dulu untuk mendapat bantuan dari kita. Mulailah dari dengan orang tua dan kerabat senasab lebih dulu. Semakin dekat kekerabatannya, semakin wajib kita untuk memperkuat ikatan kekeluargaan.
Lalu, temuilah orang orang shaleh di sekitar kita. Temui mereka, apalagi yang telah menjadi guru-guru kita. Pelajarilah nasab kerabat kita yang jauh dan berusahalah untuk menyambungkannya. Tidak cukup hanya dengan saudara terdekat. Mereka pun berhak untuk disambungkan tali silaturahimnya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “pelajarilah nasab-nasab kalian yang dengan itu kalian dapat menyambung tali silaturahim. sebab, menyambung silaturahim dapat mendatangkan kasih sayang dalam keluarga, mendatangkan harta, dan memanjangkan umur.’’ (HR At-tirmidzi).
Silaturahim adalah ibadah yang sangat agung dan mudah dilakukan. Namun, banyak yang lalai untuk melakukannya. Padahal, silaturahim mendatangkan banyak pahala. Tidak hanya di akhirat kelak, di dunia pun kita akan memetik banyak keberkahan.
Kemiskinan yang menjadi problem sosial yang bisa diatasi salah satunya dengan silaturahim. Sebagaimana yang dicontohkan oleh rasulullah. Saat hijrah ke Madinah, kaum muhajirin tak memiliki harta apa pun. Mereka tinggalkan semuanya di Makkah. Lalu, apa yang dilakukan Rasululloh shallallahu alaihi wa sallam? Rasululloh mengikat tali persaudaraan kaum muhajirin dengan kaum anshor, yang merupakan penduduk asli Madinah. Mereka pun mau berbagi harta dengan para pendatang dari Makkah, karena disatukan dalam ikatan iman.
Teladan agung ini bisa kita tiru untuk mengatasi problem sosial di tengah-tengah kita. Bukankah, orang kaya seharusnya menanggung beban orang-orang miskin, apalagi yang masih memiliki ikatan kekeluargaan.
Betapa banyak orang yang dimudahkan segala urusan dunianya, karena sering menyambung silaturahim. Ia yang memiliki banyak kerabat dan sahabat, akan banyak dikenang semua kebaikannya. Itulah yang dimaksud dengan dipanjangkan umur, meskipun bertambahnya umur bisa juga dimaknai secara hakiki bertambahnya usia hidup seseorang.
Karena itu, silaturahim meskipun secara makna berkaitan dengan kaum kerabat, juga bisa dikembangkan menjadi kebaikan dengan sesama. Kita biasa menyebutnya dalam bahasa kita dengan silaturahmi. Inilah sesungguhnya fitrah manusia karena dapat menyempurnakan rasa cinta dan interaksi sosial antar umat manusia. Silaturahmi juga merupakan tanda kedermawanan serta ketinggian akhlak seseorang. Wallahu ‘alam