Oleh Kholis Bakri

MKI-Media. Menjaga ukhuwah islamiyyah adalah kewajiban.. meskipun kita berbeda daerah suku bangsa bahkan berbeda organisasi dan partai hakekatnya kita adalah satu karena sama sama mengaku memegang agama tauhid, yaitu Islam.  Tidak ada generasi yang lebih sempurna dari pada generasi para sahabat dan mereka yang mengikuti jejaknya merekalah yang berpegangteguh pada agama Allah dan mengutamakan persatuan umat.

Asas persatuan umat adalah Al Qur’an dan sunnah rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan pemahaman para sahabat atau disebut Salafush shalih.  Inilah sesungguhnya hakekat persatuan yang diridhai dan diperintahkan oleh Allah. Namun, realitasnya masih banyak atau masih ada diantara kita yang merasa kelompoknya paling benar kemudian mencerca kelompok lain. Padahal, Alloh Ta’ala berfirman:

وَلَا تَكُونُوا۟ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِینَ ۝  مِنَ ٱلَّذِینَ فَرَّقُوا۟ دِینَهُمۡ وَكَانُوا۟ شِیَعࣰاۖ كُلُّ حِزۡبِۭ بِمَا لَدَیۡهِمۡ فَرِحُونَ

“……..dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang mempersekutukan allah. yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS Ar-Rum: 31-32).

Umat Islam dunia saat ini terbagi berdasarkan nasionalisme dalam bentuk nation state atau negara bangsa.  Setelah lepas dari penjajahan Barat, banyak negara yang berpenduduk mayoritas muslim menyatakan diri kemerdekaannya, salah satunya Indonesia.

Penjajahan dalam bentuk kekuatan militer sudah berakhir, namun sejatinya penjajahan gaya baru masih berlangsung terutama dalam bidang ekonomi misalnya pemberian utang luar negeri, ekonomi pasar bebas dan privatisasi. Sementara dalam bidang politik berbagai bentuk ideologi seperti demokrasi dipaksakan demi kepentingan hegemoni global. Begitu pula berbagai pemikiran lainnya untuk menunjukan supremasi Barat, seperti sekulerisme, liberalisme, humanisme, feminisme, relativisme dll.

Jika kita berkaca pada sejarah umat Islam, rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah meletakan dasar dasar ukhuwah islamiyyah saat mendirikan kota Madinah, dengan merujuk pada konsep dalam firman Allah “sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara…” (QS al hujaraat : 10). Kaum muhajirin yang berasal dari Makkah disatukan dan dipersaudaraan dengan kaum Anshor penduduk asli Madinah

Rasululloh bersabda, bersaudaralah kalian karena Alloh, dua dua. Kemudian, rasul mencontohkan dirinya  bersauadara dengan Ali bin Abi Tholib., lalu bersabda, “inilah saudaraku”. Kemudian, diikuti oleh sahabat lainnya: misalnya Abu Bakar dengan Kharijjah bin Zuhair, Umar bin Khattab dengan Utbah bin Malik. Ustman bin Affan dengan Aus bin Thabit, dan Abdurahman bin Auf dengan Saa’d bin Rabi’ dll

Kisah Sa’ad bin Rabi’ begitu terkenal ketika menawarkan setengah hartanya dan salah seorang istrinya untuk Abdurahman bin Auf.  Sa’ad berkata, “wahai saudaraku, Aku adalah orang terkaya di Madinah ini. Ambillah saparo dari kekayanku. Aku pun punya dua istri, pilihlah mana yang paling kamu sukai, aku akan ceraikan supaya kamu nikahi.”  Tapi, Abdurahman bin Auf memjawabnya, “Semoga Alloh memberkahi keluarga dan kekayaanmu, tunjukan saja kepadaku dimana letaknya pasar.”

Persatuan adalah rahmat sekaligus karunia Allah subhanahu wa ta’ala  sementara perpecahan umat merupakan bencana. Perselisihan mengakibatkan tercerai-berainya hati dan terpecah-belahnya umat. apabila telah terjadi perselisihan tidak mungkin  bisa saling tolong-menolong bahkan yang akan terjadi adalah permusuhan dan fanatisme. Rasulullah telah berwasiat “sesungguhnya Allah meridhai atas kalian tiga perkara: beribadah hanya kepada-nya dan jangan menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, berpegang teguh semuanya kepada tali agama Allah dan tidak bercerai-berai, serta menaati orang yang Allah menguasakan padanya urusan kalian kepadanya (HR Bukhori Muslim).

Inilah salah satu yang menjadikan generasi saat itu unggul hingga menguasai dua pertiga dari wilayah di bumi ini. Umat Islam tidak pernah membedakan-bedakan darimana orang itu sepanjang terikat dalam ikatan tauhid. Beberapa sahabat nabi tidak hanya berasal dari negeri Arab, misalnya Bilal al Habsyi dari Habasyah (sekarang Etopia),  Shuhaib ar-Rumi dari Romawi dan Salman al Farisi dari Persia.

Namun, saat ini fanatisme golongan, daerah hingga pemahaman fikih membuat umat berpecah-belah. Mereka tidak mau bertoleransi, bahkan dengan saudaranya yang seiman. Kondisi perpecahan umat ini menjadi kerisauan seorang ulama asal Mesir, Syekh Abdul Halim Mahmud hingga menulis sebuah buku berjudul Fiqh Al Ukhuwah fi Al Islami

Syeikh Abdul Halim sangat peduli dengan perkembangan sosial politik di dunia Islam. dalam berbagai forum Internasional, ia sering menyatakan umat Islam baik itu di Timur maupun di Barat, semuanya adalah saudara. Tidak ada perbedaan atas dasar ras, warna kulit atau bangsa. Sehingga umat Islam wajib saling menjaga antara satu sama lainnya. Karena itu, ketika terjadi perang suadara di Libanon tahun 1975-1990. Syekh Abdul Halim terlibat dalam berbagai agenda perdamaian.

Begitu ketika terjadi konflik di Al Jazair dan Maroko karena dipicu oleh perebutan kekuasaan di wilayah perbatasan. Keduanya saling mengklaim bahwa wilayah Sahara Barat merupakan wilayah kedaulatan mereka. Konflik ini memanas pasca keduanya berhasil merdeka dari jeratan penjajahan Prancis. Ia pernah mengirim surat kepada Raja Arab Saudi, Khalid bin Abdul Aziz agar untuk membantu upaya rekonsiliasi dua negara yang hampir saling menumpahkan darah tersebut. Berkat diplomasi yang dilakukan beliau, konflik Sahara Barat mereda.

Dalam bukunya, Syekh Abdul Halim menulis sebuah tahapan ukhuwah, yaitu

Ta’aruf 

Kata ta’aruf  berarti saling mengenal. Misalnya ada kalimat ta’araftu ila Fulan artinya: saya memperkenalkan diri kepada si Fulan. Di sini dimaksudkan, hendaknya seorang Muslim mengenal saudaranya yang seiman, menyangkut nama, nasabnya dan status sosialnya. Di samping itu, kenalilah juga apa yang disukai dan yang tidak disukainya. Mengenal secara baik karakteristik saudara kita, akan menjadi kunci pembuka hati persaudaraan.

Ta’aluf 

Kandungan makna Ta’aluf adalah: menyatunya seorang Muslim dengan saudaranya sesama Muslim. Bahwa semangat bersatu kepada saudara seiman dan seakidah hendaknya menjadi jiwa Muslim. Rasulullah bersabda, ”Orang mukmin itu mudah disatukan. Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bisa menyatu dan tidak bisa mempersatukan.” (HR.Imam Ahmad). 

Tafahum

Syarat ukhuwah selanjutnya adalah tafahum, yakni sikap saling memahami antara seorang Muslim dengan saudaranya sesama Muslim, dengan menciptakan kesepahaman dalam prinsip-prinsip pokok ajaran Islam (ushuluddin), lalu hal-hal yang berkaitan dengan masalah cabang (furu’iyyah). Kita diperingatkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala agat tidak saling berbantah-bantahan.

وَأَطِیعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَـٰزَعُوا۟ فَتَفۡشَلُوا۟ وَتَذۡهَبَ رِیحُكُمۡۖ وَٱصۡبِرُوۤا۟ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِینَ

”Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya serta janganlah berbantah-bantahan yang akan mengakibatkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian.” (QS.Al-Anfal:46)

Ada juga kelompok yang tak mau mendengarkan untuk bisa saling membangun kesepahaman antara umat lintas harakah. Baginya, yang ia anggap sesat adalah sesat selama-lamanya. Ia dan kelompoknya selalu mudah menjatuhkan vonis kesesatan kepada pihak-pihak yang berseberangan dan tak sepaham dengannya.

Ri’ayah dan Tafaqud

Ia adalah sikap respek seorang muslim dengan yang lainnya. Bila saudaranya membutuhkan bantuan, maka tanpa dimintanya segera bergegas memberikan bantuannya sesuai dgn kemampuannya. Termasuk dalam pengertian ri’ayah & tafaqud adalah menutupi aibnya, serta berusaha menghilangkan rasa cemasnya.

Ta’awun

Ta’awun berarti saling membantu. Allah memerintahkan kita untuk saling membantu melaksanakan kebaikan (al-birr) dan meninggalkan kemunkaran (at-taqwa). Dengan ber-ta’awun yakni memberi petunjuk kepada saorang muslim untuk mendapatkan ridha Allah, serta melakukan amal sholeh lebih berharga dari pda memperoleh suatu yang sngat istimewa. Rasulullah ﷺ : ”Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada seseorang karena dakwah yang kau sampaikan kepadanya . sungguh hal itu lebih baik bagimu daripada unta merah..” (HR.Abu Daud)

Tanashur

Langkah ukhuwah yang terakhir ini adalah sejenis dengan ta’awun. Hanya pengertian tanashur lebih mendalam dan lebih luas lagi, bahkan disana menggambarkan semangat cinta dan loyalitas. Tanashur memiliki makna, yaitu: 1) tidak menjerumuskan saudaranya kepada sesuatu yang buruk; 2) mencegah sudaranya agar tidak tergelincir dalam perbuatan dosa dan kejahatan; 3) menolongnya menghadapi setiap orang yang menghalanginya dari jalan kebenaran, hidayah dan dakwah; 4) memberikan pertolongan kepada orang yang dizhalimi maupun yang menzhalimi (mencegah perbuatan zhalim) tersebut.

Semoga Allah Taala melindungi kita dari perpecahan umat dan menjadikan kita umat yang  bersatu dan berjuang untuk kemulian Islam dan kaum muslimin. Wallahu Ta’ala ‘alam