Oleh Kholis Bakri

Kota Yerusalem pernah merasakan kedamaian di bawah kekuasan Islam. Umat ketiga agama hidup berdampingan dengan penuh toleransi. Namun, kedamaian itu kembali ternodai

 

SETELAH Nabi Muhammad wafat, kepimimpinan dipegang oleh para sahabatnya, yang disebut Khulafaaurrosyidin. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu, pengaruh kekuasaan Islam berhasil menembus kota Yerusalem. Setelah pasukan Islam meraih kemenangan dan mengalahkan pasukan Romawi pada tahun 635 Masehi, penjaga Yerusalem hanya ingin menyerahkan kunci kota suci ini kepada Sang Khalifah.

Maka, Umar bin Khattab pun melakukan perjalananan jauh dari Madinah ke Yerusalem. Kedatangan Umar disambut Uskup Sopronius, penjaga kota suci ini.   Khalifah Umar pun diajak berkelilig ke beberapa tempat suci. Saat Uskup membukakan gereja makam suci, tepat ketika waktu Zuhur tiba. Uskup mempersilahkan Khalifah untuk shalat di dalam gereja, tapi Umar menolaknya dan berkata, “ Tahukah anda mengapa aku tidak mau shalat di gereja anda?, anda akan kehilangan gereja ini karena setelah aku pergi, kaum Muslim akan mengambilnya dari anda dan berkata, Di sinilah Umar dahulu pernah melakukan shalat”

Saat itu, Khalifah Umar memilih untuk shalat di tempat bekas reruntuhan Haikal Sulaiman. “Demi Tuhan yang diriku ada ditangan-Nya, inilah tempat yang pernah digambarkan oleh Rasulullah kepada kita. marilah kita jadikan tempat ini sebagai masjid,” kata Khalifah Umar

Pada abad ke-12 Masehi, di tempat itulah, Khalifah Abdul Malik bin Marwan mendirikan sebuah kubah besar, yang terkenal dengan nama Dome of The Rock atau kubah batu. Di sinilah Rasululloh mi’raj dari Masjidil Aqsa ke Sidrotul Muntaha. Pada masa pada masa Khalifah Walid bin Abdul Malik di samping kubah ini diririkan sebuah masjid, yang dinamakan Masjid Umar bin Khottob.

Pada saat Khalifah Umar bin Khattab, pemeluk agama selain Islam, yaitu agama Kristen dan Yahudi diberi jaminan kebebasan beragama. Inilah era kebebasan beragama dengan penuh toleransi di bawah kekuasaan Islam. Khalifah Umar bin Khattab telah mengukuhkan sebuah perjanjian dengan penduduk Yerusalem yang berisi kebebasan bagi penduduk kota itu untuk menjalankan keyakinannya, yang terkenal dengan perjanjian Elia.

Era baru Yerusalem di bawah kepemimpinan Islam penuh kebebasan dan toleransi yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Sebagai bukti Islam, agama yang membawa kedamaian, sekaligus menepis propaganda yang menyesatkan bahwa Islam agama yang diskrimatif dan menghancurkan agama lain.

Sejarah telah menceritakan bahwa bangsa Yahudi pernah menempati dan memimpin kota Yerusalem. Mereka dipilih oleh Allah, karena saat itu mereka adalah umat yang bertauhid, dipimpin oleh para nabi dan orang-orang yang saleh. Namun, bangsa ini sempat terusir dari kota ini karena kesalahan mereka meninggalkan ajaran para nabinya.

Nabi Ibrahim alaihissalam yang dikenal sebagai bapak para nabi pernah tinggal di kota ini, Namun Nabi Ibrahim bukan seorang yahudi, sebagaimana  ditegaskan dalam Alquran,   “Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.(QS Ali Imran: 67)

Al Quran juga menjelaskan pembangkangan bangsa Yahudi terhadap para nabinya, bahkan mereka membunuhnya. Mereka mengubah isi Kitab Taurat sesuai hawa nafsu mereka. Maka, Allah cabut kepemimpinan mereka di muka bumi. Mereka pun terusir dari kota Yerusalem dan hidupnya tercerai berai. “maka (kami hukum mereka), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: “hati kami tertutup.” bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka. (QS Annisa: 155).

Umat Islam pernah berjaya dan menguasai kota Yerusalem. Namun, saat umat ini lemah, tidak bersatu dan tidak memegang ajaran agamanya dengan teguh, maka umat Islam pun mengalami kekalahan dan berbagai penindasan. Pada perang Salib, pasukan Islam mengalami kekalahan. Setelah diserang pasukan Salib, kota Yerusalem akhirnya jatuh ke tangan mereka. Bangsa Yahudi yang berada di kota itu kembali mengalami penindasan, sehingga terjadi  eksodus  ke berbagai negara di Eropa.

Kota Yerusalem baru dibebaskan, setelah pasukan Islam yang dipimpin Shalahuddin Al ayyubi, berhasil memukul mundur pasukan Salib. Sejak kembali dikuasai Islam, tidak ada lagi larangan bagi kaum Yahudi, untuk berziarah dan tinggal di kawasan Yerusalem.

Pasang surut Kekhalifahan Islam berpengaruh terhadap kota suci ini. Saat Yerusalem berada dalam kekuasan Turki Usmani pun kembali lepas, seiring jatuhnya Kekhalifahan Islam di Turki pada tahun 1924, dalam perang dunia pertama. Turki pun berubah menjadi negara sekuler, lalu Inggris yang saat itu menguasai berbagai wilayah, salah satunya menyerahkan kota Yerusalem kepada bangsa Yahudi

Pada tanggal 14 mei 1948, David Ben Gurion membacakan deklarasi kemerdekaan Israel, yang berisi peresmian berdirinya negara Israel yang mencakup wilayah seluas 8 ribu mil persegi, mencakup seluruh tanah Palestina. Kemudian, Israel mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibukota Israel pada tahun 1950, meskipun hingga saat ini belum mendapat pengakuan dari PBB.

Kota Yerusalem bukanlah milik bangsa Yahudi. Warga Palestina telah lama mendiami kota ini, dan mendirikan sebuah negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibukotanya. Lalu, bangsa Yahudi datang mengambil paksa tanah-tanah mereka dan mengusir penduduknya.  Sejak itu, kota Yerusalam termasuk berbagai wilayah di Palestina tak lagi merasakan kedamaian sebagaimana pada masa kekuasan Islam, karena Zionis Israel merasa dirinya, yang paling berhak terhadap kota suci ini, meskipun dengan cara menjajah dan mengusir rakyat Palestina. (selesai)