Al Malik: Asma’ul Husna The Series (bagian 2)
oleh Nina Ginasari
Allah mengampuni dosa, memberi jalan keluar bagi yang kesusahan, menghilangkan kesedihan, menolong yang terzalimi, mencegah yang berbuat zalim, melepaskan kesulitan, membuat kaya yang miskin, menghibur yang sedih, menyembuhkan yang sakit, menutup aurat, memuliakan yang hina, menghinakan yang mulia, memberi yang meminta, menciptakan sebuah negara dan melenyapkan yang lain, membuat hari silih berganti di antara manusia, mengangkat derajat sebagian kaum dan merendahkan kaum lain, menjalankan takdir yang Dia tetapkan lima puluh ribu tahun sebelum terciptanya langit dan bumi kepada waktu-waktunya tanpa bergeser sedikit pun waktunya. Semuanya seperti yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan, seperti yang ditulis oleh pena takdirNya.
Buah Mengimani Nama Allah Al-Malik
Di antara buah mengimani nama Allah al-Malik adalah merasakan betapa kecil dan betapa lemahnya kita sebagai hamba Allah di hadapan Allah, Maharaja bagi semua raja; Yang Menciptakan, memiliki, menguasai, dan mengatur langit, bumi, dunia, dan akhirat.
Kita juga merasa bangga dengan keyakinan kita bahwa kita adalah hamba Dzat Yang Maha Perkasa. Kita tidak salah menghambakan diri kepada-Nya. Tidak seperti orang-orang yang menghambakan diri kepada patung, pohon, jin, setan, binatang, dan lainnya; yang tidak lain adalah sesama makhluk.
Ada alam yang tidak dipengaruhi oleh Allaah ﷻ, yakni Alam pikiran.
Allah bebaskan hambaNya untuk memilih jalan yang tersedia. Mau memilih fujur atau taqwa.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
فَاَ لْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا
“maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,” (QS. Asy-Syams 91: Ayat 8)
Mengimani Allah Al Malik harusnya menggiring kita menjadi hamba yang semakin merasa kecil di hadapan Allaahul Malik, Sang Raja Diraja.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَهَدَيْنٰهُ النَّجْدَيْنِ
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan).” (QS. Al-Balad 90: Ayat 10)
Manusia dibebaskan untuk memilih, namun akan dihisab berdasarkan pilihannya itu.
Jika Tiga Nikmat Ini Terkumpul pada Diri Anda di Pagi Hari
Dari ’Ubaidillah bin Mihshan Al Anshary dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi no. 2346, Ibnu Majah no. 4141. Abu ’Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib).
Hadits di atas menunjukkan bahwa tiga nikmat di atas jika telah ada dalam diri seorang muslim, maka itu sudah jadi nikmat yang besar. Siapa yang di pagi hari mendapatkan tiga nikmat tersebut berarti ia telah memiliki dunia seisinya
Kita sebagai Hamba Al Malik seyogyanya memiliki kehambaan yang lebih dibanding abdi dalem kerajaan ngayogyakarta.
Allah membebaskan Alam pikiran kita untuk memilih untuk menguji kita pilihan kita.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَاَ نْزَلْنَاۤ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِا لْحَـقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَا حْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَاۤ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ الْحَـقِّ ۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَا جًا ۗ وَلَوْ شَآءَ اللّٰهُ لَجَـعَلَـكُمْ اُمَّةً وَّا حِدَةً وَّلٰـكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَاۤ اٰتٰٮكُمْ فَا سْتَبِقُوا الْخَـيْـرٰتِ ۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan,” (QS. Al-Ma’idah 5: 48)
Ummu Salamah pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لأَكْثَرِ دُعَائِكَ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Rasulullah kenapa engkau lebih sering berdo’a dengan do’a, ’Ya muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘ala diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)’. ”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,
يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.”
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَمَا كَا نَ لِنَفْسٍ اَنْ تُؤْمِنَ اِلَّا بِاِ ذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يَعْقِلُوْنَ
“Dan tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah dan Allah menimpakan azab kepada orang yang tidak mengerti.” (QS. Yunus 10: Ayat 100)
Di antara doa minta dicenderungkan kepada kebaikan adalah
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (QS. Ali Imran: 8)
Tingkatkan interaksi dengan Al Qur’an dan pahami, karena kita butuh petunjuk Allaah dalam segala hal.
Manusia memiliki potensi keburukan dalam dirinya, maka kalau tidak bergantung pada petunjuk Allaah maka sangat terbuka peluang untuk ketergelinciran.
Wallohu ‘alam