MEMBAHAGIAKAN PASANGAN JIWA
Oleh Ibnu Syafaat
ADA tantangan besar untuk para lelaki: “Bahagiakan istrimu! Lalu tunggulah kebaikan apa yang Allah akan berikan kepadamu.” Anda sanggup?
Ar-rijalu qawwamuna ‘alan-nisaa, sesungguhnya memastikan bahwa fungsi lelaki untuk wanita adalah sebagai pelindung. Sebagai orang yang melindungi keluarga terutama istrinya, karena istri adalah wanita yang khusus dititipkan Allah kepadanya dari segala macam keburukan, ketakutan, dan ketidaknyamanan. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Furqan ayat 74.
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa.”
Ayat ini adalah permohonan seorang laki-laki kepala keluarga agar dianugerahkan istri dan anak-anak yang menyenangkan hati dan bertakwa. Untuk bisa menjadi manusia-manusia yang menyenangkan, tentu istri dan anak-anak haruslah memiliki hati yang bahagia. Apalagi untuk mencapai tingkat takwa, maka pastinya diperlukan suasana beribadah dan mempelajari Alquran yang damai dan menyenangkan bagi setiap anggota keluarga.
Seorang lelaki sebagai kepala keluarga lah yang berkewajiban menghadirkan suasana yang menyenangkan dan tentram ini. Jadilah pelindung dan penggembira keluarga, terutama untuk seorang istri. Karena, kebahagiaan dan ketentraman istrilah yang nantinya menjadi cahaya bagi anak-anaknya.
Lakukanlah!
Berbicara tentang penyatuan visi dan misi memang penting. Akan tetapi, apa yang dilakukan secara praktikal, pasti akan memberi makna yang lebih dalam. Lakukanlah setiap tindakan untuk melindungi dan menggembirakan istri Anda, pasti kebaikan-kebaikan yang Allah limpahkan akan tercurah dari segala arah yang bahkan belum terlintas dalam benak Anda. Lakukanlah dan alamilah sendiri, “kebaikan yang membahagiakan” dari Allah itu akan datang!
Jangankan seorang lelaki beriman yang wajib membahagiakan keluarganya, seorang bos mafia bahkan berkata, “Seorang pria yang tidak pernah menghabiskan waktunya untuk keluarganya maka dia tidak dapat disebut sebagai pria sejati.”
Sungguh, semua ini harus dipraktikkan. Dilakukan untuk menjadi nyata. Bila hanya tiba di tataran menyatukan visi dan misi, maka itulah teori. Namun, belum tiba pada rasa dan bukti. Semua itu akan terasa datar dan hambar. Padahal rasa dan bukti adalah vibrasi di dalam hati yang mewujud dalam sebuah resonansi. Resonansi barulah bisa menjadi transmisi yang dapat dikoneksikan, manakala ada pembuktian atau sesuatu yang bisa dirasa dan disaksikan. Barulah semua bisa diakui sebagai keindahan. Yakinlah, semuanya harus diupayakan.
Cobalah membahagiakan istri Anda dan perhatikanlah kemana aliran kebaikan itu akan mengalir. Ketahuilah bahwa kita adalah apa kita pikirkan dan kita akan menjadi apa pun yang kita yakini. Kita hanya perlu mengulang apa yang kau yakini tersebut di dalam pikiran dan kita akan membawa itu di dalam genggaman tangan.
Ulanglah permohonan yang sama kepada Allah Ar-Rahman Ar-Rahiim, di dalam segenap jiwa dan pikiran kita. Agar Allah Ta’ala senantiasa memampukan diri kita membahagiakan istri dan anak-anak kita. Membuat pikiran kita senantiasa terjaga dari berbagai fitnah dan godaan. Memampukan tangan dan kaki kita melakukan yang terbaik untuk membawa kebahagiaan dan ketentraman bagi keluarga. Mohonlah perlindungan, hidayah, kekuatan, serta kesabaran dari Allah agar kita senantiasa istikamah dalam perjuangan mengupayakannya.
Ayo, amalkan apa yang kita bahas ini. Lakukan! Bahagiakan istri dan buatlah dia tersenyum. Di saat itu terjadi, maka pastilah Anda akan menengadah ke langit seraya berbisik di dalam hati, “Ya Allah, kenapa tidak saya lakukan hal yang seperti ini sedari dulu.” * (Ibnu Syafaat)