﷽
M E L E B U R (Jangan grusa-grusu)
Oleh : Nina Ginasari
اتق الله، واصبر ولا تستعجل
“Bertakwalah kepada Allaah, sabarlah dan jangan engkau terburu – buru“.
Ini adalah mutiara nasihat seorang alim pada seorang laki-laki yang akan berangkat menuntut ilmu.Sungguh terdapat seluruh kebaikan dalam nasihat tersebut.
Kebaikan dalam nasihat ini telah mencegah sang penuntut ilmu dari terjatuh dalam dosa yang akan disesalinya. Ia selamat dari godaan membunuh seorang lelaki (yang ternyata mahram istrinya) yang ia dapati tertidur bersama istrinya sepulang safar menuntut ilmu.
Berawal dengan interaksinya dengan ahli ilmu, mendapatkan bekal nasihat ilmu yang kemudian diamalkan menjadi solusi dari berbagai persoalan, telah mencegahnya dari ketergesaan pengambilan keputusan atas dasar dugaan yang hanya akan bermuara pada penyesalan.
Maka nasihat ilmu hendaknya bukan sekedar wawasan pengisi ingatan namun diinternalisasi, diendapkan, dikristalkan hingga menjadi amunisi untuk menyelesaikan setiap persoalan, merespon setiap ujian dengan seahsan-ahsannya amalan.
Terlebih ketergesaan adalah amalan tercela yang berasal dari setan.
Dari Anas, Rasulullaah ﷺ bersabda,
التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allaah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan). Sedangkan اللہ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى mencintai sifat sabar dan tak tergesa.
Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda pada Asyaj ‘Abdul Qois,
إن فيك لخصلتين يحبهما الله : الحلم والأناة
“Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sifat yang dicintai oleh Allaah, yaitu sabar dan tidak tergesa-gesa.”(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 586. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dalam limpahan rizki dan kesempatan yang Allaah titipkan pada kita saat ini, alangkah baik kalau kita bersegera dalam kebaikan, tanpa penundaan. Karena boleh jadi kita bukan bagian dari hari esok. Manfaatkan sempat kita untuk فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ. Setiap kita punya batas waktu, amalan shalihan punya tenggat, jangan sampai keyakinan akan Hari Berbalas baru datang saat harinya sudah terlanjur tiba.
Allaah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِ
“kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri,”
(QS. At-Takasur 102: Ayat 7)
Dalam keterbatasan, undang cinta Allaah ﷻ dengan terus istiqamah dalam kebaikan, Allaah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَا لضَّرَّآءِ وَا لْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَا لْعَا فِيْنَ عَنِ النَّا سِ ۗ وَا للّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
“(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allaah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 134)
Ujian dalam segala bentuknya, hanya pertanda, bahwa Allaah ﷻ mencintai kita.
Life is too short to miss Hiss Blessings