Oleh Doddy Al Jambary

MKI Media – Sejarah mencatat, sejak awal kemerdekaan Indonesia, nama Palestina sudah hadir dalam denyut nadi bangsa ini. Bung Karno, Proklamator kita, dengan lantang menolak Israel hadir di Konferensi Asia-Afrika 1955. Indonesia memilih tegak bersama bangsa yang masih terjajah. Bagi Bung Karno, kemerdekaan Indonesia tak ada artinya jika masih ada bangsa lain yang dijajah.

Sejak itu, dukungan Indonesia terhadap Palestina bukan hanya kata-kata, melainkan kebijakan yang konsisten. Setiap presiden Republik Indonesia, dari Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, Joko Widodo hingga Presiden Prabowo, menegaskan: “Palestina adalah amanah, bukan sekadar isu politik luar negeri.”

Aksi Nyata di Zaman Kita

Kini, sejarah itu terus berlanjut. TNI baru saja mengirimkan *seribu ton bantuan kemanusiaan* dengan pesawat Hercules langsung ke Gaza. Sebuah operasi yang menunjukkan kepedulian bangsa kita bukan hanya lewat diplomasi, tetapi juga aksi nyata.

Di tanah air, Indonesia Peace Convoy bergulir dari kota ke kota. Di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, hingga Makassar, bendera Palestina berkibar diiringi doa dan takbir. Gerakan ini melibatkan banyak tokoh muda dan komunitas, seperti Zaki (Gerak Bareng) dan Ustadz Ruli (Golden Future) yang menginspirasi generasi milenial untuk tidak apatis terhadap penderitaan umat.

Suara Umat Menyatu

Puncak dari gelombang kepedulian itu hadir dalam Aksi Akbar Bela Palestina di Monas tiga minggu lalu. Lautan manusia tumpah ruah, menyatukan berbagai elemen bangsa. Dari pejabat negara, hadir Menlu Sugiono yang lantang memperjuangkan Palestina di forum-forum internasional. Dari kalangan ulama, ada Ustadz Abdul Somad (UAS), Ustadz Adi Hidayat (UAH), serta MKI melalui Ustadz Doddy Al Jambary, Tuan Guru Suparman Fajar dan para guru lainya ikut menguatkan jamaah dengan seruan untuk istiqamah.

Bahkan partai-partai politik, yang biasanya berbeda pandangan, kali ini bersatu dalam isu Palestina. PKS, PPP, NasDem, dan banyak elemen politik lainnya, menunjukkan bahwa membela Palestina bukan milik satu golongan, melainkan suara nurani bangsa.

Spirit dari Majelis Ilmu

Gerakan besar memang penting, tetapi jangan lupakan kekuatan kecil yang istiqamah. Di majelis-majelis ilmu, termasuk kita di MKI, doa untuk Palestina tidak pernah absen. Setiap sedekah jamaah, setiap postingan di media sosial, hingga setiap artikel yang kita sebarkan—semua menjadi bagian dari jihad informasi.

Dari sinilah kita belajar, bahwa membela Palestina bukan hanya tugas pemerintah, ulama, atau partai politik, tetapi tugas kita semua. Allah tidak menilai seberapa besar aksi kita, tetapi seberapa ikhlas niat kita dalam membela panji-panji-Nya.

Mengapa Palestina Penting bagi Kita?

Palestina bukan hanya soal bangsa yang terjajah. Palestina adalah rumah suci ketiga umat Islam, tempat Isra’ Mi’raj Rasulullah ﷺ dimulai. Al-Aqsha adalah amanah yang diwariskan kepada kita. Maka membela Palestina bukan sekadar empati kemanusiaan, tapi juga ibadah, wujud iman kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ajakan untuk Bergerak

Kini, mari kita bertanya pada diri kita masing-masing:
Apakah aku sudah ikut berdiri di barisan ini?
Apakah aku sudah menulis, berbagi, menyumbang, atau mendoakan?

Jangan biarkan diri kita hanya menjadi penonton sejarah. Karena setiap doa, setiap rupiah, setiap langkah, bahkan setiap kata yang kita tulis—akan menjadi saksi di hadapan Allah kelak.

Akhirnya,

Indonesia dan Palestina bagaikan dua hati yang berdetak dalam satu doa. Dari Jakarta hingga Gaza, dari majelis ilmu kita hingga reruntuhan rumah mereka, ada gema yang sama:”Allahu Akbar, Allah bersama kita.”

Mari, bersama-sama kita lanjutkan perjuangan ini.
Indonesia dan Palestina: selarik doa, sebaris perjuangan.

Dan tetap Lanjutkan Boikot!