Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukam anti-Islamofobia melalui resolusi PBB yang menetapkan 15 Maret sebagai Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia. Resolusi ini disponsori oleh 60 negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Bulan Desember 2024, Presiden Indonesia Prabowo Subianto berkata “Kita harus menghilangkan, atau curiga terhadap Islamophobia”. Sementara menjelang Ramadhan 2025 ini, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterez berpidato resmi terkait Islamophobia “Menjelang bula suci Ramadhan, banyak yang melaksanakan ibadah ini dengan ketakutan. Takut akan diskriminasi, pengucilan, bahkan kekerasan” Dua pemimpin dunia ini bicara lantang untuk anti Islamophobia dalam jeda 3 bulan berturut, ada apa?
Kita sebagai warga negara berpenduduk Islam mayoritas mungkin tidak terlalu merasakan tekanan dalam beragama, tapi lihatlah dibelahan dunia lain. Untuk mendirikan rumah ibadah Islam di Jepang saja, kita harus ikutan urun dana dan urun perijinan. Karena Islam minoritas disana. Di Inggris, kepala babi dilemparkan ke atas atap masjid, malam menjelang hari Jumat, hari dimana umat melaksanakan sholat jumat. Belum lagi vandalisme di sekolah-sekolah bertulis ujaran kebencian terhadap Islam. Juga beberapa kali aksi bakar Al Quran yang dilindungi oleh kepolisian negara Swedia, sebagai aksi ekspresi pribadi.. Sungguh menyedihkan. Ini belum termasuk genosida yang terjadi di Uighur dan Gaza oleh para pembenci Ialam yang dilegalisasi oleh negara terkait.
Islamophobia dipandang sebagai pemikiran, ucapan, tindakan, sampai kebijakan negara tertentu yang membatasi eksistensi pemeluk Islam. Dalam perspektif Indonesia, kita akan sulit menemukan secara nyata dan sistemik Islamophobia, tapi.. slip tounge seorang Ahok ketika menjadi Gubernur Jakarta di 2016 lalu adalah satu bukti bahwa bara kecil Islamophobia bersembunyi di alam bawah sadarnya. Butuh jutaan narasi dan tindakan nyata dari umat Islam bahwa kita sedang menjalankan agama yang sangat hebat dalam kasih sayang dan toleransi. Menghapuskan asap Islamophobia di setiap kepala, dengan menunjukkan dan mengingatkan sejarah nyata bahwa Islam adalah tulang punggung Kemerdekaan Indonesia. Merawat perjalanan bangsa ini, dan menolak labelisasi terorisme dan radikalisme yang disematkan terhadap Islam.
Dengan menjadikan agenda tahunan setiap 15 Maret sebagai Hari Dunia Anti-Islamophobia, bisa menjadi peluang strategis untuk mengingatkan bahwa dominasi Islam atas peradaban dunia tidaklah menakutkan. Justru akan membawa keadilan dan kemakmuran bagi seluruh insan, baik Islam maupun Non-Islam. Perdamaian atas kehidupan setiap hari adalah perjuangan bersama, dan kami mengajak seluruh umat Islam untuk menjadi Duta Islam yang mencerminkan Islam rahmatan lil alamin. Bahwa kehadiran kita, adalah cermin Quran dan ajaran Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihiwassalam.
Selo Ruwandanu
Pembina Majelis Keluarga Indonesia