Antara Iblis, Ulama dan Penguasa

Oleh Kholis Bakri

MKI-Media. Iblis adalah musuh abadi manusia. sejak nabi adam pertama kali diciptakan hingga kiamat tiba. Iblis telah membuat ultimatum. untuk menjadi penggoda manusia. namun. banyak yang tidak menyadari tipu dayanya. bahkan banyak yang terjerat menjadi balatentara Iblis.

Pada hari pengadilan kelak. Iblis angkat tangan,  berlepas diri dari kesesatan manusia  kemudian Iblis berkata,  sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur’an. “….sesungguhnya  Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu, lalu kamu mematuhi seruanku. Oleh sebab itu, janganlah kamu mencela aku, akan tetapi celalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.” (QS. Ibrahim: 22)

Allah Ta’ala tengah mengingatkan kita. untuk tidak mengikuti tipu daya Iblis. dan balatentaranya yang akan menjerumuskan pada siksa neraka yang pedih. “bukankah aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang  nyata bagimu. “(QS. Yaasiin : 60). Iblis berusaha menjerat manusia untuk menjadi penghambanya . tapi. tak semua tipu daya nya berhasil. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda.  “sungguh, Iblis telah putus asa atas orang-orang yang shalat , untuk mau menyembahnya ( Iblis ). Akan   tetapi,    dia   selalu   menghasut mereka. “ ( HR muslim).

Karena itu. jangan berbangga dulu bahwa Iblis telah takluk ketika kita sudah menjalankan shalat lima waktu. dan shalat shalat sunnah lainnya. jangan pula merasa tenang. Saat kita telah menjalan puasa wajib dan puasa sunnah. atau kita telah berinfak dengan harta terbaik, karena sungguh Iblis tidak akan pernah berhenti untuk melancarkan tipu dayanya.

Ingatlah tak ada seorang pun diantara kita yang terbebas dari tablis Iblis. atau perangkap Iblis, meskipun kita seorang alim ulama.  Iblis beserta pasukannnya akan tetap mengintai  dan menanti kapan lengahnya kita. untuk merobohkan  semua benteng pertahanan yang kita miliki. Jika diantara kita. ada yang mendapat amanah menjadi pemimpin. Ketahuilah di atas tanggungjawab yang engkau emban,  Iblis paling bersemangat untuk menjerat. dan menjerumuskan pada kesesatan. dan kehancuran,  Tahta begitu menggoda. dan harta begitu mempesona.

Iblis tak akan membiarkan para penguasa berada dalam jalan yang benar. Iblis membisiki mereka untuk mengumpulkan harta kekayaan negara untuk kepentingan dirinya dan kroni-kroninya.  Iblis mengelilingi mereka untuk memberitahu celah apa saja, yang bisa dikorupsi. Harta negara seolah-olah jadi harta miliknya,  lalu mereka hambur-hamburkan dalam gaya hidup glamour.

Untuk mengamankan kekuasaannya. Iblis membisiki mereka untuk mengangkat para pejabat dari kalangan terdekat baik keluarga maupun dari partainya tanpa mempertimbangkan kepatutan dan keahliannya, apalagi moralitasnya. karena Iblis membenamkan rasa takut di dadanya. terhadap musuh musuh politiknya. atau orang orang yang berbeda partai dan latar belakang sosialnya. Mereka dicurigai akan menggoyang kekuasaannya.

Tak lupa Iblis pun berbisik, keluarkanlah kebijakan kebijakan yang menguntungan dirinya dan kelompoknya tak perlu memperhatikan kesejahteraan rakyat. Iblis sangat senang. apa yang mereka lakukan menyelisihi sabda rasulullah.” sebaik-sebaik pemimpin adalah yang dicintai rakyatnya dan ia juga mencintai rakyatnya”. (HR. Muslim). Begitu pula,” sejahat-jahat pemimpin adalah yang berlaku kejam terhadap rakyatnya” (HR. Bukhari Muslim).

Iblis berusaha menjauhkan keadilan dari diri sang penguasa. Ketika orang orang terdekatnya melakukan kesalahan dan pelanggaran, ia berpura-pura tidak mengetahuinya dan mengabaikannnya. Tapi jika rakyat jelata yang bersalah. ia akan bersikap tegas. Kesalahan yang kecil dibuat jadi besar hingga ia terkesan telah menegakan supremasi hukum.

Iblis menanamkan rasa enteng untuk berbuat dosa seolah-olah dosa mudah terhapus dengan berbuat satu kebajikan dan mengunjungi orang orang salih. Kemudian memohon doa mereka. seolah-olah mereka telah berada dalam barisan yang mendapat ampunan Allah.  Sang penguasa pun. berkata. kedzoliman yang dilakukannya. karena mengikuti perintah atasannya. Dosanya akan ditanggung atasanku bukan di pundakku.  Dalam Islam. tidak ada dosa warisan. masing masing akan menanggung dosanya sendiri. sebagaimana firman Allah Ta’ala. “ tidaklah seseorang yang berdosa akan menanggung dosa yang lain.” (QS an Najm: 38)

Rasa bangga dan istimewa sebagai penguasa merupakan salah satu bentuk perangkap Iblis. “saya adalah pejabat negara. jadi  wajar saya diperlakukan sangat istimewa. dan disambut secara meriah…”.  Penguasa yang seperti ini, begitu pandai memoles diri. hingga citranya selalu baik di mata rakyat. Penguasa seperti ini tak pernah merasa dirinya kurang apalagi bersalah. Ia akan menghancurkan siapa saja yang mengkritiknya dan menilai dirinya jelek. Iblis membujuk mereka untuk bertindak menurut pikirannya sendiri, bahkan. yang lebih buruk lagi syariat islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan hadist nabi. dianggap belumlah lengkap. hingga hukum buatan manusia sebagai panduan hidup dipandang lebih baik.

Karena itulah, hati-hatilah dengan sosok pemimpin yang sesat dan menyesatkan.  Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam  telah mengingatkan dalam sabdanya. ” akan datang kepada kalian para pemimpin, yang jika ditaati, justru akan menyesatkanmu. Sedang jika dibantah, maka kalian akan dibunuh.” Pada saat itu, para sahabat yang hadir bertanya;” lalu apa yang harus kami lakukan, ya rasulullah?” Kemudian beliau bersabda;” jadilah kamu seperti sahabat-sahabat isa alaissalam. Mereka dipakukan pada kayu dan gergaji. Kematian dalam mentaati  Allah itu lebih baik daripada kehidupan dalam maksiat.” ( Al-mu’jam al-kabir Imam Thabrani)

Kekuasaan yang mereka raih saat ini.= baik karena penunjukan ataupun pilihan rakyat, sebagaimana yang berlaku dalam sistem demokrasi dianggap sebagai  wujud cinta dan anugerah Allah terhadap dirinya.  Mereka lupa. bahwa Allah bisa saja menghamparkan kekuasaan dan kejayaan untuk dirinya, bukan karena dicintai-Nya, namun karena dibenci-Nya.  Allah Ta’ala telah berfirman.  “sesungguhnya kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka.”(QS  Ali-imran:178).

Lihatlah banyak orang yang saleh, mereka tidak memiliki posisi apa pun bahkan mereka menjalani hidup dengan cacian dan siksaan, karena penindasan sang penguasa. Tapi. mereka dipilih  Allah Ta’ala untuk menjadi penghuni surga . Imam Ahmad bin Hambal, misalnya  sempat merasakan penjara dan siksaan dari penguasa. karena mengeluarkan fatwa yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah, yang mendukung faham Mu’tazilah.

Begitu juga yang dialami Ibnu Taimiyyah. Ia ditangkap oleh penguasa kemudian dijebloskan ke penjara setelah mengeluarkan fatwa larangan untuk berziarah ke masjid dan kuburan kecuali Masjidil haram. Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha karena aktivitas ziarah yang dilakukan oleh kaum muslimin saat itu mengalami banyak penyimpangan akidah dan berkembangnya kesyirikan.  Di penjara. ia dilarang untuk menulis. kecuali hanya membaca Al-Qur’an. berzikir dan shalat. beliau menghembuskan nafas terakhir. di atas sajadah. saat tengah membaca Al-Qur’an.

Para ulama adalah pewaris para nabi seperti disebutkan dalam sabdanya. “sesungguhnya para ulama’ adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, namun mereka hanya mewariskan ilmu. Maka, siapa saja yang mengambil ilmu itu sungguh ia telah mengambil bagian yang melimpah.”[ HR Ibnu Majah]. Penghormatan besar dan kedudukan luhur yang diperoleh para ulama. merupakan amanah berat di pundaknya. penghormatan sekaligus beban tugas.  Pada saat tingkatan keilmuan seseorang itu tinggi. maka hukuman yang diberikan kepadanya akibat tidak mengamalkan ilmu pun sangat berat. Ilmu yang dimilikinya bukanlah tangga untuk meraih  tujuan yang rendah, seperti untuk mendekatkan diri kepada penguasa dan membeli dunia dengan agama.

Fitnah penguasa merupakan salah satu fitnah dan bencana terbesar yang dihadapi seorang ulama. Bila seorang ulama diuji dengan para penguasa. dan sulit baginya untuk melakukan pengingkaran. serta menyatakan kalimat yang hak di hadapan mereka. maka cara yang dilakukan hanya menolaknya dalam hati. walaupun ini termasuk selemah-lemahnya iman. Para ulama dibolehkan untuk mendekati penguasa yang dzolim dalam rangka menasehati mereka dalam urusan agama. dan amar ma’ruf nahi mungkar.

Rasulullah telah mengingatkan dalam sabdanya. “kelak sepeninggalku akan ada para pemimpin, barangsiapa yang masuk menemui mereka, membenarkan kedustaan mereka, dan membantu mereka diatas kezaliman mereka, maka ia tidak termasuk bagian dari (umat)ku dan aku pun bukan bagian dari dirinya. Ia pun tidak akan sampai kepadaku di telaga kautsar. Sedangkan siapa saja yang tidak masuk menemui mereka, tidak membantu mereka diatas kezaliman mereka, dan tidak membenarkan kedustaan mereka, maka ia termasuk bagian dari (umat)ku dan aku pun bagian dari dirinya. Ia pun akan sampai kepadaku di telaga kautsar.”(HR  Tirmizi, Ibnu Hibban dan al-Hakim]

Seorang ulama. tak lagi disebut pewaris nabi. jika ia masih berkongsi dengan penguasa untuk melegitimasi kekuasaannya apalagi menjadi pelayannya. Namun. kiprah ulama tak berarti dijauhkan dari urusan politik dan pemerintahan.  Ia harus terlibat aktif memberikan nasehat dan kritikan dengan tetap mempertahankan kemandiriannya,  Menurut Ibnu Jauzi, diantara bentuk talbis Iblis kepada para ulama adalah mereka bergaul dengan pejabat dan penguasa, bermanis-manis muka atau menjilat kepada mereka dan tidak mau mengingkari kemaksiatan mereka meskipun mampu melakukannya. Wallahu Ta’ala  ‘alam.