Oleh Kholis Bakri
MKI-Media. Seringkah kita mendengar bisikan yang kerap bertentangan dengan hati nurani kita sendiri? Ingin berbuat kebaikan, tapi, ada yang mendorong kita, untuk berbuat sebaliknya. Ketika kita berbuat dosa, tiba tiba ada yang berbisik, tidak perlu khawatir, besok masih bisa bertobat…. Atau terkadang, ada yang berbisik, untuk mencari-cari pembenaran yang kita lakukan, hingga perbuatan yang kita lakukan, seolah-olah tidak menyalahi syariat.
Inilah bisikan, yang berasal dari setan.
Setan menjerat siapa saja, dalam perangkapnya. Para koruptor yang telah merampas harta negara, dibisiki setan, untuk tidak merasa bersalah, apa yang dilakukannya, karena demi kepentingan partai dan rakyat, atau sang koruptor dibisiki setan, agar tidak lagi merasa berdosa, karena dosa sudah terhapus dengan banyak bersedekah, apalagi sudah berkali-kali melakukan ibadah haji.
Tujuan yang baik, harus diawali dengan niat dan cara yang baik pula. Karena, sungguh jelas bedanya antara yang hak dan yang batil. Ingatlah metode setan antara lain dengan cara mencampuradukan antara yang hak dan yang batil. Sungguh tidak akan muncul kemaslahatan, jika dua hal yang bertentangan ini disatukan. Para ulama pun membuat kaidah, jika perkara hak berkumpul dengan perkara batil, maka perkara yang batil yang akan menang.
Allah Ta’ala menegaskan dalam firmannya… “dan janganlah kamu campuradukkan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu , sedang kamu mengetahui”.(QS al Baqarah :42)
Sejak dahulu kala, Iblis sudah membuat ultimatum, untuk menjerumuskan anak cucu Adam, kepada jalan kesesatan, tapi Iblis tidak selalu dengan terang-terangan mengajak manusia kepada kemaksiatan, dan kesesatan, melainkan dengan cara tipuan. Inilah yang sering tak disadari oleh kita.
Dan, metode setan untuk mengelabui manusia, dan menjeratnya dalam tipu dayanya, disebut oleh Ibnu Jauzi, dengan istilah talbis Iblis.
Iblis adalah musuh abadi manusia. Ketika Iblis diusir oleh Allah Jalla Jalaaluh, karena pembangkangannya, tidak mau bersujud pada Adam, maka Iblis mulai melancarkan siasatnya untuk menggoda Adam dan Hawa.
Iblis tak pernah menyatakan dirinya sebagai musuh bagi Adam , apalagi mengobarkan permusuhan. Sebaliknya, untuk meraih kepercayaan Adam Hawa, Iblis menyatakan dirinya sebagai kawan, yang ingin memberinya nasihat dan petujuk demi kebaikan dan kebahagian mereka. “wahai Adam, maukah kutunjukan pohon kekekalan dan kerajaan yang tidak tidak binasa kepAdamu?”. Iblis mulai membisiki keduanya, bahwa larangan Allah untuk mendekati sebuah pohon dan memakan buahnya, karena buah itu akan membuat mereka hidup kekal sebagaimana malaikat. Adam dan Hawa pun akhirnya terbujuk rayuan Iblis. Kisah ini diabadikan dalam surat Thoha, ayat 120 dan al ‘Araf, ayat 20 sampai 23.
Adam dan Hawa sejatinya tidak ingin melanggar larangan itu, tapi Iblis telah membohonginya, dan memperdayanya, dengan menamai pohon itu, syajarutul khuldi, atau pohon kekekalan. Iblis biasa menamai perkara perkara yang haram,dengan nama yang disukai Hawa nafsu. Misalnya, khomr dijuluki puncak kenikmatan, riba dinamai jual beli, atau kedzoliman disebutnya sebagai peraturan.
Setelah Adam dan Hawa terusir dari surga, dan diturunkan ke muka bumi, Allah tak membiarkan keduanya, kembali digoda Iblis, tanpa dibekali petunjuk, dan panduan hidup.
Namun, Iblis dan anak keturunannya, tak akan berdiam diri, membiarkan anak keturunan Adam, terbebas dari godaannya, seperti yang dijelaskan dalam alquran, “kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur “. (QS al- A’raaf: 17).
Iblis adalah musuh sejati manusia, tapi, masih banyak diantara kita yang bersahabat dengan setan, yang merupakan bala tentara Iblis. Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firmannya….”sesungguhnya Setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya Setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”. (QS Faathir: 6).
Darimanakah, setan awalnya menggoda manusia…?
Dalam Majmu Fatawa, Ibnu Taimiyyah rohimahullah berkata, setan mengetahui bisikan hati seorang hamba yang berdzikir kepada Allah, maka apabila hatinya lalai dari berdzikir mengingat Allah hamba tersebut akan merasakan was-was. Setan mengetahui keadaan seorang hamba, apakah ia sedang mengingat Allah atau lalai dari mengingat-nya, ia juga mengetahui keinginan syahwatnya sehingga ia dapat memperindah keinginan jelek tersebut.
Dalam berbagai hadist, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kita, bahwa tidaklah salah seorang diantara kalian pasti disertai oleh qarin dari kalangan jin dan malaikat’. Para sahabat menanggapi, ‘tidak juga engkau ya rasulullah?’ beliau menjawab, ‘ya, tidak pula aku, hanya saja Allah telah menundukkannya (jin qarin) untukku dan ia telah berislam‘. (HR muslim). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan, setan mempengaruhi jiwa manusia. Setan atau jin qarin yang jahat, akan menyeru kepada kemunkaran. Adapun qarin dari kalangan malaikat mengajak seseorang untuk mengamalkan kebajikan. Demikianlah Allah jadikan dua qarin ini dalam jiwa manusia, qarin dari bangsa jin dan qarin dari golongan malaikat.
Imam Ibnu Jauzi membuat sebuah perumpamaan, yang menggambarkan bagaimana upaya setan dalam menggoda manusia. Sesungguhnya hati manusia ibarat kerajaan, di bagian luar terdapat tembok yang menjadi benteng, tembok benteng ini memiliki beberapa pintu dan bagian celah yang belum diperbaiki, di dalam benteng terdapat istana berupa akal dan hati nurani, dan disamping benteng terdapat rumah tua yang dihuni Hawa nafsu.
Para malaikat keluar masuk ke dalam benteng melalui pintu masuk, sementara setan keluar masuk ke rumah tua tanpa ada halangan. Pertempuran terus terjadi antara penghuni istana dengan penghuni rumah tua. Sementara setan selalu keliling mengitari benteng untuk mencari peluang lengahnya penjaga pintu benteng, dan berusaha menerobos celah tembok. Karena itu, tidak selayaknya sang penjaga lengah meskipun hanya sesaat, dia harus mengontrol semua pintu, dan memperhatikan celah benteng, karena musuh tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan, untuk menerobos ke dalam benteng.
Salah satu tipudaya setan yang kita alami adalah perasaan was was dalam bersuci dan shalat. Orang yang was was, merasa air yang digunakan untuk wudhu tidak cukup mensucikannya., baik dari hadas kecil maupun hadas besar. Begitu pula ketika shalat, orang yang was was, merasa belum khusyu ketika melakukan takbiratul ihram, hingga harus berulang-ulang, bahkan ia sering lupa jumlah rakaat. Setan juga memasukan was was, seolah-olah ia batal dalam shalatnya, karena buang angin.
Orang yang was was, biasanya memberati diri dalam beragama, dengan cara menambah berbagai amalan dari yang disyariatkan. Rasulullah telah mengingatkan…, “ wahai manusia! Jangan berlebih-lebihan dalam agama. Sesungguhnya yang menghancurkan orang orang sebelum kalian adalah sikap berlebihan dalam agama (HR Nasa’i, Ibnu majah, dan Ibnu Hibban)
Usaha setan mengoda manusia, tidaklah terbatas dalam satu hal semata.. Usahanya untuk menjerumuskan manusia ke neraka beragam macamnya, sebagaimana beragamnya karakter dan kedudukan manusia.
Senjata ampuh yang biasa digunakan setan, dengan talbis, yaitu menampakan kebatilan, dalam bentuk kebenaran. Inilah salah satu perangkap tercanggih setan, hingga manusia yang terperangkap dan binasa tanpa sadar. Salah satunya, adalah panjang angan-angan..
Dalam kitabnya talbis Iblis, Ibnu Jauzi mengatakan, “betapa sering terbersit di hati seorang Yahudi atau Nashrani kecintaan terhadap Islam.. Namun Iblis senantiasa menghalang-halanginya dan membisikkan ke hati mereka., jangan terburu-buru masuk islam, pikirkan dengan seksama dan matang, sehingga mereka menunda-nundanya hingga maut datang menjemputnya, dan mereka mati di atas kekafirannya. Demikian juga yang terjadi pada pelaku maksiat agar menunda-nunda taubatnya, Iblis membuat mereka terhalang dari taubat melalui jalan syahwat sehingga mereka menunda-nunda taubatnya.
Iblis akan senantiasa menanamkan dan menumbuhkan sikap malas, dan menunda-nunda amal. Ibnu Jauzi berkata, penyebab kelalaian, meremehkan kebaikan dan kecenderungan pada keburukan, adalah panjang angan-angan. Orang yang berangan-angan, akan beramal banyak pada waktu subuh, maka pada malam harinya, ia beramal ala kadarnya. Berbeda dengan orang yang membayangkan kematian di depan matanya, ia akan bergegas dan bersungguh-sungguh dalam ibadahnya. Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “sholatlah engkau sebagaimana sholat orang yang akan berpisah (dari kehidupan dengan datangnya malaikat maut ) seakan-akan engkau melihatnya . Apabila engkau tidak dapat melihatnya maka sesungguhnya dia melihatmu” (HR Bukhori).
Orang yang terbangun dari tidurnya, untuk shalat malam, atau shalat subuh, setan kemudian berbisik padanya.., “tidak perlu terburu buru..! Hari masih gelap, masih ada waktu longgar untuk sebentar berbaring….”. Lalu, setan menghalangi matanya, hingga ia tertidur pulas, hingga matahari terbit.
Sikap menunda-nunda sudah menjadi tabiat manusia. Ini akan sulit dilawan, kecuali orang yang sadar akan dirinya, sehingga melawannya dengan sekuat tenaga. Dia mengetahui bahwa dirinya tengah berperang, dan musuh tidak pernah malas untuk menyerang dirinya. (bersambung)