Tipu Daya Tukang Sihir
Oleh Ibnu Syafaat
Di antara nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling besar kepada seorang hamba adalah apabila ia diberi petunjuk dan hidayah kepada akidah yang benar dan dapat mengetahui mana yang bermanfaat baginya dan mana yang membahayakannya. Ada dua konsep dasar dalam akidah Islam yang wajib menjadi pegangan setiap muslim agar tidak mudah terjerumus ke dalam tipu daya para dukun dan tukang sihir.
Pertama, keyakinan bahwa tidak ada yang mengetahui hal yang ghaib kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.
قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّـهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS. An-Naml [27]: 65).
Kedua, keyakinan bahwa yang bisa memberikan manfaat dan bahaya itu hanyalah Allah SWT.
وَإِن يَمْسَسْكَ اللَّـهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِن يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (QS. al-An’am [6]: 17).
Dalam hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga ditegaskan:
عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ الله ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ، كُنْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَقَالَ، يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ، احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتْ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ
Dari Abu Abbas Abdullah bin Abbas Ra, ia berkata, “Saya pernah berada di belakang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari, beliau bersabda, “Wahai anak, saya hendak mengajarimu beberapa kalimat; Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu; jagalah Allah, niscaya engkau mendapati-Nya bersamamu; jika engkau meminta, mintalah kepada Allah; jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah, jika umat manusia bersatu untuk memberi manfaat dengan sesuatu, mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka bersatu untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. Tirmizi dan Ahmad).
Dan kedua konsep dasar ini juga dikumpulkan dalam satu ayat, dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّـهُ ۚ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (QS. al-A’raaf [7]: 188).
Setiap jalan atau cara yang dianggap menyampaikan seseorang mengetahui perkara yang ghaib, atau seseorang yang mengaku bisa memberikan manfaat kepada orang lain atau bisa membahayakannya, maka itu merupakan kesesatan dan bentuk kesyirikan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Serta menandingi-Nya dalam rububiyyah-Nya. Itulah yang dilakukan oleh para dukun dan tukang sihir.
Umat Islam perlu selalu mengedepankan sikap kehati-hatian dan selalu kembali kepada dua konsep dasar di atas sehingga tidak mudah ditipu para dukun dan tukang sihir meskipun mereka memakai label ustadz, kiyai, ajengan dan menggunakan ayat-ayat al-Qur`an. Dan memang cara itulah yang banyak dipakai oleh para dukun dan tukang sihir pada saat ini, yaitu dengan menyebut diri mereka sebagai ustaz, kiyai, ajengan. Mereka banyak mengutip ayat-ayat al-Qur`an, untuk mengelabui umat Islam yang mulai timbul kesadaraan dalam diri mereka untuk menjalankan ajaran Islam dan menjauhi segala bentuk kesyirikan yang merupakan dosa yang tidak diampuni oleh Allah jika tidak pernah bertaubat kepada Allah.
Cukuplah bagi kita peringatan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar kita tidak mendatang. Apalagi mempercayai para dukun dan tukang sihir tersebut. Meskipun kita mendapatkan ada sedikit kebenaran dalam ucapan mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan dalam haditsnya:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam.” (HR. Muslim).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَة ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW. beliau bersabda: “Barangsiapa mendatangi dukun atau tukang ramal lalu dia membenarkan apa-apa yang dikatakan maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : سَأَلَ أُنَاسٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكُهَّانِ ؟ ، فَقَالَ : إِنَّهُمْ لَيْسُوا بِشَيْءٍ ، فَقَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، فَإِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ بِالشَّيْءِ يَكُونُ حَقًّا ، قَالَ : فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنَ الْحَقِّ يَخْطَفُهَا الْجِنِّيُّ ، فَيُقَرْقِرُهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ كَقَرْقَرَةِ الدَّجَاجَةِ ، فَيَخْلِطُونَ فِيهِ أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ كَذْبَةٍ
Dari Aisyah ra. Ia berkata, “Beberapa orang bertanya kepada Rasulullah tentang dukun-dukun. Rasulullah mengatakan kepada mereka: “Mereka tidak ada kebenaran sedikitpun.” Lalu mereka berkata lagi wahai Rasulullah, “Terkadang para dukun itu menyampaikan sesuatu dan benar terjadi.” Rasulullah menjawab: “kalimat yang mereka sampaikan itu datang dari Allah yang telah disambar oleh para jin lalu para jin itu membisikkan ke telinga wali-walinya (para dukun) sebagaimana berkotek ayam dan mereka mencampurnya dengan seratus kedustaan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Syaikh Wahid bin Abdussalam Bali dalam kitabnya al-Sharim al-battar fi al-tashaddi li al-saharah al-asyrar menjelaskan bahwa di antara tanda-tanda seseorang itu tukang sihir adalah:
- Menanyakan nama orang yang datang berobat kepadanya dan nama ibunya.
- Mengambil barang milik yang pernah dipakai si sakit, seperti pakaian, topi, sapu tangan, kaos dan lain-lainnya.
- Terkadang dia meminta hewan dengan sifat-sifat tertentu untuk disembelih dan ia tidak menyebut nama Allah SWT. ketika menyembelihnya, dan mungkin juga ia melumurkan darah hewan tersebut kepada bagian tubuh pasien yang sakit atau dibuang ke tempat yang kotor.
- Menulis jampi-jampi.
- Membaca mantra-mantra dan jampi-jampi yang tidak jelas dan tidak dipahami.
- Memberikan pelindung kepada pasiennya yang mengandung persegi empat yang didalamnya ada huruf dan angka-angka.
- Terkadang ia menyuruh pasiennya untuk mengisolasi dirinya dari orang lain dalam waktu tertentu dalam ruangan yang tidak dimasuki sinar matahari.
- Terkadang ia menyuruh pasiennya untuk tidak menyentuh air dalam waktu tertentu, biasanya dalam waktu 40 hari, dan ini menunjukkan bahwa jin yang membantu tukang sihir ini adalah jin nasrani.
- Memberikan kepada pasiennya sesuatu untuk dikuburkan di dalam tanah.
- Memberikan kepada pasiennya kertas untuk dibakar dan dihisap asapnya.
- Bergumam dengan perkataan yang tidak bisa dipahami.
- Terkadang sang tukang sihir memberitahukan nama pasien, daerah asalnya dan alasan kenapa ia datang kepada tukang sihir itu sebelum si pasien memberitahukan kepadanya.
- Menuliskan huruf-huruf yang terpotong di secarik kertas atau di atas sepotong keramik putih dan menyuruh pasiennya untuk menghancurkannya dan meminumnya.
Semoga kita bisa terhindar dari segala tipu daya para dukun dan tukang sihir yang menyesatkan dan menjerumuskan umat pada kesyirikan. Aamiin. Wallahu a’lam bish shawab.*