Ada hari ketika kami bersama babe Haikal bercengkrama terkait umat. Seperti “kalau banyak sekolah mempersiapkan anak-anak menjadi generasi tangguh dengan akidah kokoh untuk Islam, lalu siapa yang mempersiapkan para orang tua untuk menghadapi kematian? Padahal kematian adalah moment ujian luar biasa dimana syeitan masih berusaha terakhir kalinya untuk menggoda manusia” Kalau tidak berujung dititipkan ke panti jompo, biasanya jadi penjaga cucu sementara anak mereka bekerja di kantor. Siapa yang memberikan mereka ilmu? Betul?
Inilah salah satu alasan kenapa narasi Keluarga hadir menjadi Majelis Keluarga Indonesia. Akhlak pada orang tua harus sama kuat ditanamkan seperti kita menanamkan akhlak pada pasangan suami atau istri. Bukan sekedar cium tangan, bukan sekedar membangun rumah untuk orang tua, tapi memuliakan orang tua adalah konsep bagaimana mempersiapkan seluruh keluarga bisa bersama ke dalam surga Allah azza wajalla. Ini perintah dari Allah kepada kita manusia yang beriman “Yaa ayyualadzina amanu quanfusakum wa ahlikum narro.. “ wahai para manusia yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Surat At Tahrim ayat 6 ini meminta kita memastikan bahwa seluruh keluarga, harus masuk ke surga. Wajib. Menjaga anak dengan membekali ilmu agama, bisa panggil guru ngaji, atau masuk ke pesantren. Maka bagaimana caranya menjaga orang tua?
Mimpinya punya tempat khusus sekelas hotel tapi isinya santri orang tua. Programnya cuma satu, bersama membekali diri dg ilmu untuk persiapan kematian. Ekstrim gak? Ya enggaklah. Isinya cuma ibadah aja kok. Ngaji, sholat, beramal sosial, ngajak teman sesama usia, .. mudah.
Oleh karenanya MKI hadir di awal dengan Ngaji setiap pagi dan malam sebelum tidur. Membuka hari dengan bekal agama, dan menutup mata dengan mengingat Allah. Semudah itu idenya. Karena umur kita hanya Allah yang tau, maka akhir perjalanan setiap manusia ditentukan dengan amalan akhirnya. Semoga, amalan akhir kita adalah ketika mengingat Allah.. lalu terpejam.
“Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya..” (HR. Bukhari, no. 6493)
Selo Ruwandanu
Majelis Keluarga Indonesia