Dari Guru Ngaji, Motivator Hingga Penggerak Aksi Umat
LOGAT Betawinya sangat kental. Kalau ceramah, begitu menghibur, apalagi untuk emak-emak Majelis Taklim. Sama sekali tak terlihat sangar. Namun, rupanya perjuangan dakwahnya mengusik beberapa kalangan, hingga dituduh sebagai Ustadz Radikal. Dialah Ustadz Haikal Hassan yang biasa dipanggil Babe ini. “Dari 20 ustadz radikal, ane nomor 12, darimane radikalnya? ” ungkapnya, dalam sebuah ceramah peringatan Maulib Nabi Muhammad shallalllahu alaihi wa sallam di Bogor pada 29 Nopember 2018. Kemudian beliau memaparkan, “Bagi Belanda Teuku Umar itu radikal karena mengganggu kekuasaan Belanda. Bagi penjajah, Imam Bonjol, Cut Nyak Dien, Sultan Hasanudin, Parengan Antasari itu radikal. Makanya saya enggak takut kalau ada yang bilang radikal, saya cuma bilang lu penjajah atau belanda?”
Sosok Babe Haikal begitu fenomenal. Awalnya hanya dikenal sebagai konsultan dan motivator, tapi saat ini lebih populer sebagai penceramah. Ahmad Haikal bin Hassan bin Umar bin Salim bin Ali bin Syekh Ali bin Abdullah Baras, lahir di Jakarta pada 21 Oktober 1968. Jika dilihat dari silsilah keturunannya, beliau mewarisi tokoh ulama Betawi. Meskipun, tidak “mondok” di pesantren, Babe Haikal sejak kecil biasa mengaji. “saya jadi santri kalong,” ungkapnya. Inilah istilah bagi orang yang berguru kepada para kyai, setiap sore atau malam, kemuian pulang ke rumahnya. Beliau pernah nyanti di Mambaul Ulum dan Darus-sa’adah, Jakarta.
Babe Haikal melanjutkan pendidikan tinggi di bidang Teknik Informatika Universitas Budi Luhur (S-1). Beliau juga pernah melanjutkan untuk program Pasca Sarjananya di Perth, Australia. Namun, tidak selesai dan memilih menyelesaikan S-2-nya di Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung (ITB). Untuk jenjang S-3, Babe telah menyelesaikan program doktor di Fakultas Filsafat Matematika Universiti Teknologi Malaysia (UTM). Babe lama bergelut dalam bidang pengembangan SDM. Berbagai sertifikat keahlian training telah diraihnya, seperti Master Certified untuk SilvaMind, Face Reading, Micro Exression, Neuro Linguistic Program (NLP) dan Hypnotherapy dri Indonesia Borad of Hypnotherapy, National Federatio of NLP Florida USA dan NPL
Meskipun berkarir sebagai motivator dan konsultan di beberapa perusahaan besar, Babe Haikal rupanya sejak lama merintis sebagai pendakwah. Ia pernah menjadi guru ngaji dan mendirikan yayasan untuk pemberantasan buta huruf Al Quran. Hingga kini, setiap sore di kediaman Babe di kawasan Condet, Jakarta Timur selalu diramaikan dengan kehadiran anak-anak kecil untuk mengaji. Di rumah ini pula, setiap malam Jumat sebulan sekali biasa digelar pengajian dan rawatiban.
Babe yang nyentrik membuat banyak orang penasaran. Ceramahnya selalu dipantau. Cuitannya di twitter selalu dinanti. Ada yang pro dan kontra itu biasa. Karena, Babe kerap mengomentari berbagai isu sosial politik, tak sekedar isu soal agama. Di profil twitternya, Babe pun membuat pernyataan, “Bukan ustadz. Bukan ulama. Bukan siapa siapa. Cuma peduli sama agama, bangsa, negara, tetangga dan keluarga.”
Tak sulit untuk melihat keseharian Babe Haikal. Kesibukannya terpublikasikan di akun facebook maupun Instagram. Selama masa Pendemi Covid 19, misalnya Babe mengajak nitizen untuk berbagi dengan sesama, terutama para tetangga yang terkena dampak ekonomi akibat wabah ini. Di akun media sosialnya, tak semuanya berisi konten ceramah, Babe pun kerap mendokumentasiknya berbagai kegiatan, mulai kebersamaan dengan dua orang putrinya kesibukan bisnis kopinya, Kopi Babe Haikal hingga perannya sebagai brand ambassador bisnis property.
Selain itu, dalam berbagai ceramahnya, Babe memiliki perhatian besar tentang masalah keluarga, seperti buku yang ditulisnya berjudul Menjadi Ayah Suami Hebat. Sebagai wadah jamaah untuk curhat dan berbagi persoalan keluarga, Babe pun bersana beberapa sahabatnya membentuk komunitas namanya Majelis Keluarga Indonesia yang sudah berkembang menjadi sebuah yayasan. Namun, Babe lebih dikenal luas sebagai tokoh pergerakan setelah menggalang aksi parade tauhid, yang kemudian berlanjut dengan aksi 212 pada tahun 2016.
Bersama para tokoh dan ulama, Babe membentuk sebuah koalisi nasional untuk mengawal fatwa MUI tentang kasus penistaan agama yang dilakukan oleh mantan Plt. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Kasus yang menjadi isu nasional, bahkan gaungnya mendunia, karena berhasil mengumpulkan aksi massa jutaan orang, memenuhi kawasan Monas dan sekitarnya. Aksi demo terbesar di dunia, tapi berjalan damai dan tak menimbulkan kerusuhan sama sekali. Tak meninggalkan sampah berserakan. Bahkan, taman-taman dan rumput di sekitar Monas pun tetap terjaga dengan baik.
Saat ini, Babe Haikal lebih sibuk mengurusi Pondok Pesantren Tahfidz Milineal Ashqof dan Maryam College, tak jauh dari kediamannya di Jakarta Timur. Pesantren yang mulai membuka penerimaan santrinya di tahun 2023 ini, dirancang dengan kurikulum khusus dengan memfokuskan pada pendidikan adab. Santrinya tak hanya dididik untuk menghafal Al Quran, juga menjalani kelas akselerasi baik di tingkat SMP maupun SMA. Di pesantren inilah, Babe mencurahkan pemikirannya dalam membangun generasi.